(Travelling) : Solo-Travelling Kuala Lumpur, Krabi Town, Phi Phi Islands, Penang

Perjalanan kali ini saya lakukan dari tanggal 18 Mei 2016 sampai dengan 24 Mei 2016. Seperti pada judulnya, saya melakukannya secara solo alias sendirian. Namun, no traveller is really alone. Sesama traveller atau backpacker yang bertemu dalam perjalanan itu semacam sodara jauh, atau begitulah yang saya bisa simpulkan dari pejalanan ini. 

Cerita perjalanan sebelumnya dapat dilihat di Jalan-jalan ke Kuala Lumpur, Penang, Bangkok & Hatyai.

Merencanakan trip kali ini, tidak begitu dramatis; dapat notifikasi tiket murah di email, pilih-pilih tanggal dengan harga dan jadwal yang memungkinkan (sekitar satu bulan setengah sebelum hari H), beli tiket malam itu juga, selesai. Kebetulan sudah lebih dari dua tahun saya tidak melakukan perjalanan yang lumayan jauh, sehingga kemanapun okelah, pikir saya waktu itu. Malam itu saya membeli tiket Jakarta - Kuala Lumpur dengan harga Rp 500.500,- untuk Pulang Pergi. Harga ini sudah termasuk semua tax serta biaya administrasi pemesanan. Lumayan murah sehingga jika pada hari H saya berhalangan, rasanya tidak akan terlalu miris jika direlakan. 

Selanjutnya adalah merencanakan rute perjalanan. Setelah membeli tiket PP dengan rute sama, artinya saya harus merencanakan perjalanan secara loop atau memutar. Dalam suatu perjalanan, tujuan hanya penting untuk sebagai patokan arah, inti dari perjalanan itu adalah di proses perjalanannya. Semakin lama di perjalanan semakin seru, sehingga saya merencanakan rute darat dari KL ke Hatyai lalu ke Krabi Town, kemudian ke Ao Nang, dari Ao Nang ke Phi Phi Islands, setelah itu rute pulangnya melewati Penang (untuk nostalgia) kemudian pulang ke KL untuk akhirnya kembali ke Indonesia. Rute darat ini ditempuh dengan jarak mendekati 2000 kilometer. 

Rute ini bukan sebagai hal yang wajib diikuti, tapi sebagai patokan yang pada akhirnya bisa kita ikuti seluruhnya ataupun tidak, tergantung nanti apa yang kita temukan saat perjalanan. Satu hal yang saya sarankan jika teman-teman sekalian mau bepergian sendirian yaitu bersikap tenang namun waspada, santai namun cerdik.

Saya berangkat dari Bandung menggunakan travel Cititrans dari Trans Studio Mall menuju Bandara Soekarno Hatta dini hari seharga Rp 120.000,-. Travel Cititrans dari Bandung akan mengantarkan kita ke terminal manapun yang kita tuju tanpa biaya tambahan. 

Pesawat Air Asia Jakarta - KL mendarat di Bandara KLIA2 pukul 11.35 pagi waktu setempat. dari Kuala Lumpur International Airport 2 ke KL Sentral dapat menggunakan beberapa moda transportasi. Bisa menggunakan kereta KLIA Express. Saya belum pernah menggunakan moda ini karena harganya relatif mahal. Opsi lain yang lebih terjangkau yaitu menggunakan Aerobus ataupun bus lainnya yang tiketnya bisa di beli di outlet tiket bus setelah pintu keluar pengecekkan imigrasi. Saya memilih menaiki Aerobus dengan tiket 11 Ringgit. Bus tidak terlalu penuh dan tidak terlalu lama ngetemnya. Perjalanan kurang lebih 1 jam.

KL Sentral, seperti namanya, merupakan pusat semua moda transportasi yang ada di KL, mulai dari Monorail, LRT, KTM Komuter, juga Kereta Api Antarbangsa. 

Sesampainya di KL Sentral, saya langsung menuju ke Counter Ticket Kerata Api Antarbangsa untuk menanyakan jadwal dan ketersediaan kursi untuk rute KL - Hatyai. Jadwal dan tiket yang tersedia hanya tinggal Kereta Api KTM Overnight Sleeper, kereta ini terdiri dari gerbong sleeper dan gerbong duduk. Saya kebagian gerbong duduk seharga 46 Ringgit untuk keberangkatan tengah malam. sehingga ada waktu sekitar 11 jam untuk membunuh waktu dan menjelajahi KL (Sebagian besar sudah pernah dijelajahi sebelumnya).

Berjalan keluar dari KL Sentral, saya menemukan kedai makan India, dan makan siang disana (10 Ringgit). Dari sana saya memutuskan berjalan kaki kemanapun kaki melangkah, melewati Wisma Association For The Blind (Persatuan Orang Buta Malaysia) kemudian ada toko-toko dan kedai makanan, ada juga universitas (lupa namanya), hingga akhirnya saya sampai ke stasiun LRT Hang Tuah dan membeli tiket (self-service menggunakan mesin, kita memilih tujuan, memasukkan uang sesuai harga tiket, nanti akan keluar kembalian jika ada dan koin plastik berwarna biru yang akan kita gunakan untuk masuk ke area stasiun) tujuan Mesjid Jamek. Dari stasiun Mesjid Jamek jalan-jalan di sekitaran Dataran Merdeka. Kali ini sepi sekali disana. Saya masuk museum Musik (gratis). 

<a href="url gambar"><img alt="persatuan orang buta malaysia" src="urlgambar" title="association the blind malaysia" />

<a href="url gambar"><img alt="dataran merdeka kuala lumpur" src="urlgambar" title="dataran merdeka kuala lumpur" />

<a href="url gambar"><img alt="dataran merdeka kuala lumpur" src="urlgambar" title="dataran merdeka kuala lumpur" />

<a href="url gambar"><img alt="museum musik dataran merdeka kuala lumpur" src="urlgambar" title="museum musik dataran merdeka kuala lumpur" />

Menjelang petang, saya memutuskan untuk membunuh waktu di taman belakang twin towers. Dari Mesjid Jamek naik LRT sampai KLCC. Sampai di Suria KLCC, saya malah naik ke Bioskop dan melihat-lihat film yang sedang ditayangkan. Saat itu bioskop tersebut sedang menayangkan AADC2, Angry Birds The Movie dan X-Men : Apocalypse. Saya belum sempat menonton X-Men sebelum berangkat, akhirnya tergoda untuk menonton disana (21 Ringgit). Menunggu jam tayang, ada satu jam yang bisa dihabiskan untuk cari angin dan duduk-duduk di taman sambil lihat air mancur.

<a href="url gambar"><img alt="twin towers suria klcc" src="urlgambar" title="twin towers suria klcc" />


<a href="url gambar"><img alt="air mancur belakang twin towers" src="urlgambar" title="air mancur belakang twin towers" />

Setelah film selesai, saya bergegas untuk kembali ke KL Sentral untuk menunggu kereta menuju Hatyai. Kereta datang sekitar pukul 12 malam dan ternyata sangat nyaman, 4 kursi berhadapan kosong hanya saya sendiri. Perjalanan diperkirakan 10-11 jam. Sebelum naik kereta saya sudah makan malam dan sekalian membeli bekal untuk sarapan pagi dari KFC di KL Sentral. Setelah berjalan seharian, tertidur pulaslah saya sampai baru terbangun subuh karena AC nya mulai terasa mendingin. Pagi saya habiskan untuk melihat pemandangan ke luar jendela dan menulis jurnal. 

Sekitar pukul 10 pagi, kereta tiba di Padang Besar, kami para penumpang diminta turun dan membawa seluruh barang bawaan. Seperti prosedur biasa, kami diminta melewati proses imigrasi, mengisi formulir dan cap paspor. Nah, pengalaman beberapa tahun lalu, setelah itu kami naik kereta lagi namun kali ini kereta tidak kunjung datang. Penumpang yang tersisa untuk tujuan Hatyai tinggal belasan orang dan akhirnya kamipun mengobrol. Setelah ditelusuri ternyata hari itu tanggal 19 Mei 2016 kereta jurusan KL - Hatyai ini sudah tidak bisa beroperasi lagi di Thailand. Jadi ini adalah perjalanan terkhir kereta ini secara resmi. Hari sebelumnya, yaitu tanggal 18 Mei 2016 adalah hari terakhir kereta ini bisa masuk ke daerah Thailand. 

Setelah diabaikan oleh petugas Kereta Api selama kurang lebih 40 menit, kami digiring keluar stasuin melewati semak belukar dan jalan setapak. Disini, kami para penumpang sudah mulai bonding dan bercerita sama lain. Sebagian besar penumpang adalah orang Malaysia atau orang Thailand. Hanya saya dan satu pria Chile bernama Kurt yang bukan pribumi sana. Kurt mempunyai tujuan yang sama yaitu ke Krabi Town sehingga kami sepakat untuk mencari transportasi umum kesana bersama. 

Berjalan beberapa menit di jalan setapak, kami menemukan jalan yang bisa dilewati mobil. Petugas meninggalkan kami dan menganjurkan kami menunggu minivan disana. Minivan pertama datang tidak lama setelahnya. Kapasitas mobil bisa untuk menampung 9-10 orang. Kami mempersilakan orang yang lebih tua dan yang membawa anak untuk naik terlebih dahulu. Sisanya kami menunggu minivan selanjutnya yang datang sekitar 10 menit kemudian.

Perjalanan menggunakan minivan dari Padang Besar menuju Terminal Hatyai ini adalah salah satu hal tak terduga atau yang melenceng dari perkiraan. Bagi sebagian orang, inilah inti dari perjalanan tersebut; saat kita bisa enjoy dan menikmati perjalanan yang tidak direncanakan.

Satu jam kami mengobrol di perjalanan sambil sesekali melihat ke luar jendela dimana kehidupan asli masyarakat Thailand bagian selatan dapat terlihat. Sekilas dari bentuk rumah, jenis flora & fauna, juga bentuk fisik orang Thailand tidak jauh berbeda dengan di Indonesia, namun ada sebersit perasaan asing yang menyentuh, saat kehidupan kita bersinggungan dengan budaya orang lain. Jalan yang kami lewati mayoritas perkampungan penduduk dan pemandangan alam.

Tiba di depan terminal Hatyai, setelah berpisah dengan penumpang lain, saya dan Kurt masuk ke terminal dan langsung diserbu oleh bapak-bapak calo yang menanyakan kami mau kemana dan dengan antusias menawarkan harga yang lumayan tinggi yang kami tolak dengan sopan. Hal pertama yang kami cari adalah loket penjualan tiket resmi. 

Ada 2 opsi untuk bepergian dari terminal Hatyai ini menuju kota lain. Yang lebih murah yaitu dengan Bus. Harga Bus yang kami dapatkan untuk Hatyai - Krabi adalah 162 Baht untuk durasi 5-6 jam perjalanan. Opsi lainnya yaitu dengan minivan. Ongkos minivan masih masuk akal asalkan kita belinya di depan loket minivan. Hindari membeli dari calo karena kemungkinan harga sudah ditambah untuk komisi mereka. Kelebihan menggunakan minivan adalah supir akan mengantar kita sampai tujuan, sedangkan bus kita hanya bisa turun di rute yang dilewati bus saja. Pada akhirnya kami memutuskan untuk membeli tiket bus karena disamping jauh lebih murah, juga nampak lebih seru.

Setelah bergiliran ke toilet dan yang lain menjaga bawa barang bawaan, kamipun membeli persediaan air dan camilan. Bus berangkat tidak lama setelahnya. Busnya lumayan nyaman. Kursi penumpang lebih tinggi daripada kursi supir. Sang kondektur menyetel radio sehingga selama perjalanan kami mendengarkan lagu-lagu Thailand. 

Sampai di Krabi matahari sudah hampir terbenam, dan kondektur menurunkan kami di dekat terminal Krabi. Sayangnya, karena sudah menjelang malam, sudah tidak ada lagi angkot/songthaew yang beroperasi untuk mengantarkan kami ke Krabi Town yang jaraknya masih 5 kilometer dari sana. Kota yang sudah mulai sepi membuat kami berpikir cepat dan bertanya kepada siapapun yang kami temui. Kebanyakan dari mereka tidak mengerti satu kata pun yang kami ucapkan. Akhirnya panggilan alam memanggil, kami pun ikut ke toilet di salah satu rumah penduduk disana, yang sangat ramah, namun sangat sulit sekali untuk memahami bahasa masing-masing. Dengan bahasa isyarat akhirnya beliau mengerti dan mempersilakan kami untuk ikut ke toiletnya..horee. 

Dari sana, kami mengikuti petunjuk arah yang bertuliskan "Krabi Town 5 kilometer" dan memutuskan untuk ya sudahlah mari kita berjalan saja. Sekitar 10 menit berjalan kaki, akhirnya kami menemukan sebuah warnet yang isinya anak-anak usia SD-SMA sedang main game online. Karena baterai HP kami sudah mati daribeberapa jam lalu (red: di perjalanan hampir 20 jam) akhirnya kami masuk ke warnet tersebut dan bertanya apakah kami bisa ikut men-charge henpon. Penjaga warnetnya adalah pemuda sekitar umur 19-20 an sangat baik dan antusias membantu meskipun ia pun tidak bisa bahasa Inggris walaupun yang sederhana. Cerdiknya, anak ini langsung ada ade untuk menggunakan google translate. Jadi dia mengetikan bahasa Thailand di ponselnya kemudian menanyakan kami mau kemana. Kami mengetikan Krabi Town dan transportation dan akhirnya dia pun mengerti dan menunjukkan kami ke arah pangkalan ojek yang harganya lumayan murah. 

Ojek (50 baht) mengantarkan kami ke Krabi Town dengan selamat (ternyata jarak aslinya sekitar 8 kilometer, untunglah kami tidak jadi berjalan kaki). Di Krabi Town kami berpisah arah. Krabi Town merupakan daerah dekat pantai yang ramai. Banyak toko cinderamata, guest house, kedai makan, travel agency, tempat laundry dan lain-lain. Saya memutuskan untuk bermalam di Ao Nang. Ao Nang adalah daerah pantai lain yang jaraknya sekitar 12 kilometer dari Krabi Town. Saya memilih Ao Nang, karena tempatnya sedikit lebih sepi daripada Krabi Town. Ada semacam angkot yang beroperasi sampai malam untuk rute Krabi Town - Ao Nang (60 Baht) dan saya naik angkot tersebut dan memberitahu supir untuk mengantar saya ke budget hostel yang sudah saya browsing sebelumnya di Internet.

Saya menginap di Babaji Hostel Ao Nang (498 baht untuk 2 malam atau sekitar 80ribu rupiah / malam). Pemiliknya orang India. Saya memilih kamar dorm untuk wanita. Satu kamar terdiri bisa untuk 8 orang kalau sedang penuh. Setiap kamar dilengkapi dengan WiFi, AC, CCTV dan loker, jadi ganti baju jangan dilakukan di kamar. Kebetulan kamar dorm wanitanya sedang kosong, hanya ada saya dan satu orang wanita Malaysia keturunan mandarin bernama Mei. Mei sangat informatif. Ia memeberi tahu saya apa saja yang bisa dilakukan di Ao Nang dan juga memberikan informasi mengenai makanan-makanan enak yang patut dicoba jika saya mengunjungi Malaysia lagi. 

Malam itu juga saya memesan via hostel, paket ke Phi Phi Islands (1000 Bath/330rb rupiah) . Paket perjalanan rombongan ini biasanya saya hindari kalau ada opsi lain. Disamping kita tidak bebas menentukan waktu dan durasi jalan-jalan, kita juga tidak bisa merasakan petualangan yang sesungguhnya. Namun tidak ada opsi lain bagi yang cuma waktu seharian dan ingin mengunjungi banyak pulau kecuali dengan ikut paket rombongan.

Phi phi Islands adalah rangakaian kepulauan di Laut Andaman yang bisa di akses dari Krabi Town, Ao Nang, maupun dari Pukhet. Paket yang saya ambil mencakup beberapa pulau disana, alat snorkeling, snack, dan makan siang. Paket ini durasinya dari pagi hingga petang. 

Pagi-pagi orang travel yang bekerjasama dengan hostel menjemput saya. Mobil yang digunakan untuk menjemput adalah mobil bak terbuka yang bertudung. Mobil ini bisa menampung 20 penumpang. Setelah menjemput semua yang perlu dijemput dari berbagai penginapan, kami diantar ke tempar berkumpul di pinggir pantai dekat patung ikan untuk di bagi-bagi kelompok dan diberikan stiker penanda rombongan. Rombongan diantar ke Pelabuhan dan berangkat naik Boat dari sana. Ada charge tambahan 400 baht disini untuk akomodasi dan pemandu, sehingga total paket tour ini kurang lebih 500 ribu rupiah, pengeluaran terbesar untuk perjalanan saya yang sederhana haha. Pemandu kami bernama asli Harun namun ingin dipanggil dengan sebutan Mr. Chow. Ia sangat chatty namun informatif.

<a href="url gambar"><img alt="belakang mobil travel jemputan ao nang" src="urlgambar" title="belakang mobil travel jemputan ao nang" />

Kami mengunjungi beberapa pulau, dan diperbolehkan berenang atau snorkeling di tempat-tempat tertentu. Semua tempat berkesan untuk saya, disamping karena memang pantainya bersih dan indah, karang-karang dan tebing tinggi di sekitranya tetap tak terjamah. Salah satu tempat yang kami kunjungi adalah Maya Bay, tempat syuting film The Beach yang dibintangi Leonardo Dicaprio. Kami juga mengunjungi Kho Phi Phi, pulau terbesar disana yang di dalamnya ada rumah sakit, restaurant, dan lain-lain. Kami makan siang di pulau tersebut. Bagi yang ingin menginap di pulau ini, banyak tersedia cottege dan guest house. Informasi dari Mei, pada malam-malam tertentu di pulau ini diadakan pesta kembang api. 

<a href="url gambar"><img alt='phi phi islands" src="urlgambar" title="phi phi islands" />

<a href="url gambar"><img alt="phi phi islands" src="urlgambar" title="phi phi islands" />

<a href="url gambar"><img alt="phi phi islands" src="urlgambar" title="phi phi islands" />

<a href="url gambar"><img alt="maya bay phi phi islands" src="urlgambar" title="maya bay phi phi islands" />

<a href="url gambar"><img alt="maya bay save the world phi phi islands" src="urlgambar" title="maya bay save the world phi phi world" />

<a href="url gambar"><img alt="maya bay phi phi islands" src="urlgambar" title="maya bay phi phi islands" />


<a href="url gambar"><img alt="maya bay phi phi islands" src="urlgambar" title="maya bay phi phi islands" />

<a href="url gambar"><img alt="maya bay phi phi islands" src="urlgambar" title="maya bay phi phi islands" />


<a href="url gambar"><img alt="maya bay phi phi islands" src="urlgambar" title="maya bay phi phi islands" />

<a href="url gambar"><img alt="on the boat phi phi island tour" src="urlgambar" title="on the boat phi phi island tour" />


<a href="url gambar"><img alt="on the boat phi phi island tour" src="urlgambar" title="on the boat phi phi island tour" />


<a href="url gambar"><img alt="cottege kho phi phi" src="urlgambar" title="cottege kho phi phi" />


Menjelang petang saya sudah sampai lagi ke Hostel. Dengan baju basah kuyup dan badan lelah namun senang, saya pulang, mandi, dan beristirahat di hostel sampai malam. Keesokan paginya saya jalan-jalan di sekitar pantai Ao Nang sambil mencari sarapan. Tempai makanan halal mudah ditemukan di bagian Thailand Selatan ini jadi untuk urusan makan saya tidak perlu mencari terlalu jauh. Rata - rata sekali makan plus minum 50-70 Baht. 

Saya check out sekitar pukul 09.30. Orang Hostel menyarankan untuk memesankan minivan yang bisa menjemput saya kesini dan langsung mengantar saya sampai Hatyai dengan biaya 420 Baht, namun saya tolak dengan halus. Karena masih siang angkot dari Ao Nang sampai terminal Krabi masih tersedia (60 Baht). Di terminal Krabi saya langsung menuju loket yang menjual tiket bus ke Hatyai seharga 209 Baht (5 jam perjalanan). 

Selagi menunggu bus, seperti biasa, orang yang sedang travelling sendirian dan bertemu di daerah asing otomatis akan berkumpul dan setelah mengobrol serasa menjadi saudara seperjalanan. Di terminal tersebut sambil menunggu bus datang, saya bertemu dua orang solo traveller lain. Yang pertama adalah Thryn (23thn). Ia orang asli Thailand utara, berasal dari Chiang Mai namun sudah beberapa tahun kuliah di Bangkok. Ini adalah pertama kalinya ia bepergian ke daerah Thailand Selatan untuk berkunjung ke rumah temannya. Thryn kuliah di jurusan perhotelan sehingga dia cukup fasih berbahasa Inggris. Yang kedua adalah George(24thn). George adalah pemuda Jerman yang sudah 5 bulan tinggal di Bangkok, kemudian 2 minggu di Krabi Town untuk belajar surfing. George yang biasa makan roti di negara asalnya, selama tinggal di Thailand selalu makan nasi. Ia jatuh cinta dengan nasi dan makanan melayu. 

<a href="url gambar"><img alt="thryn-me-george" src="urlgambar" title="thryn-me-george" />

Di bus dan di tempat istirahat makan kami melanjutkan obrolan tentang tempat asal masing-masing, budayanya, makanannya, tempat wisatanya dan lain-lain. Thryn turun di Thrang sebelum sampai ke Hatyai, George dan saya turun di terminal Bus Hatyai. Ia mencari transportasi ke Sadao, salah satu perbatasan Thailand - Malaysia. Tujuannya adalah untuk renew visa. Jatah hari ia boleh tinggal di Thailand sudah habis, sehingga ia perlu keluar dari Thailand dulu sebentar kemudian masuk lagi dengan jatah hari baru. 

Tujuan saya berikutnya adalah Penang. Untuk ke Penang, saya perlu menuju Padang Besar terlebih dahulu dan pilihan transportasi yang tersedia adalah minivan seharga 50 baht dengan jarak tempuh kurang lebih 1 jam. Sampai di imigrasi untuk keluar Thailand di Padang Besar, tempat maupun prosedur imigrasinya sedikit berbeda dari yang biasa saya lakukan di Stasiun Padang Besar sebelumnya, disini kita mengantri dan saya memperhatikan orang-orang menyelipkan uang 10 baht dan ada juga yang menyelipkan 1 ringgit di paspornya. Usut punya usut khusus untuk imigrasi disana, jika kita tidak menyelipkan, akan dipersulit. Inilah kekuatan orang pemegang cap, pikir saya. Sedikit tergelitik dan tidak setuju atas praktek pungli ini, namun saya tetap mengikuti aturan main disana, ya sudahlah. 

Dari imigrasi ini menuju Stasiun Kereta Padang Besar saya melewati semacam No Zone yaitu tempat yang bukan Thailand dan bukan Malaysia. Saya sudah keluar dari daerah Thailand namun belum masuk ke daerah Malaysia. Berjalan sekitar 500-700m saya akhirnya menemukan jalan masuk ke Stasiun. 

Di loket stasiun, setelah saya memberitahu tujuan saya yaitu Butterworth, Penang, petugas loket langsung memberitahu saya untuk buru-buru karena kereta akan berangkat 1 menit lagi. Setelah membayar saya langsung berlari sprint dan seperti di film-film pintu menutup tepat setelah saya berhasil masuk kereta. KTM Padang Besar - Butterworth ini merupakan kereta listrik yang lumayan cepat. 

Dari Stasiun Butterworth ke Pulau Pinang nya menggunakan Kapal Ferry dengan harga 1,2 Ringgit. Di tempat menunggu ada WiFi meskipun tidak terlalu kuat sinyalnya tapi masih bisa digunakan untuk memberi kabar pada keluarga atau teman via whatsapp. Setengah jam di Ferry, saya menuju tempat mangkal bus dalam kota. Setelah mengisi energi dengan makan nasi goreng di sekitar tempat bus, saya naik bus CAT yang merupakan bus gratis. Bus ini akan berhenti di halte - halte tertentu dan kita tidak perlu membayar, tinggal naik saja. Saya turun di halte dekat penginapan yang sudah saya browsing juga sebelumnya namanya Red Inn Cabana. Jalan masuknya tepat di samping Museum Coklat. Harganya lumayan terjangkau sekitar 70ribu semalam kalau dirupiahkan. Sudah termasuk WiFi, AC, Lemari Besar, Handuk Besar, dan Sarapan. Saya memilih kamar Dorm Wanita lagi kali ini teman sekamar saya adalah orang Filipina.

<a href="url gambar"><img alt='museum coklat samping penginapan" src="urlgambar" title="museum coklat samping penginapan" />



<a href="url gambar"><img alt="red inn cabana hotel georgetown penang" src="urlgambar" title="red inn cabana hotel georgetown penang" />


<a href="url gambar"><img alt="foto kamar dorm red inn cabana hotel georgetown penang" src="urlgambar" title="foto kamar dorm red inn cabana hotel georgetown penang" />



Ini kali kedua saya mengunjungi Penang. Keesokan paginya setelah sarapan di penginapan, saya berniat mengunjungi Bukit Bendera atau Penang Hill yang dulu belum sempat saya kunjungi. Dari dekat penginapan, saya naik CAT free bus sampai halte yang dilalui oleh Bus 204 (jurusan Bukit bendera). Bus 204 (2 ringgit) mengantarkan saya sampai depan pintu masuk Bukit Bendera. 

Untuk sampai ke atas Bukit Bendera pengunjung harus menggunakan tram semacam kereta listrik. Biayanya 30 Ringgit untuk pulang pergi. Penang Hill ini mengingakan saya akan dataran tinggi di Bandung dimana kita bisa melihat lanskap kota dan daerah disekitarnya dari atas. Enaknya Penang Hill ini juga buka di malam hari, untuk yang ingin melihat kerlap kerlip lampu Pulau Pinang di malam hari.

<a href="url gambar"><img alt="penang hill tramway" src="urlgambar" title="penang hill tramway" />

<a href="url gambar"><img alt="penang hill tram" src="urlgambar" title="penang hill tram" />


<a href="url gambar"><img alt="penang hill view" src="urlgambar" title="penang hill view" />



<a href="url gambar"><img alt="penang hill view" src="urlgambar" title="penang hill view" />


Saya kembali lagi ke penginapan di Georgetown menjelang sore. Setelah mandi, saya berniat untuk jalan-jalan ke daerah lapangan Esplanade yang biasanya ramai di sore hari. Ternyata tebakan saya benar waktu itu sedang ada Festival Kebudayaan Jepang dan ada konser Anime Song serta parade cosplay dan tak kalah menarik ada pula festival makanan. 

<a href="url gambar"><img alt="festival kebudayaan jepang in penang" src="urlgambar" title="festival kebudayaan jepang in penang" />

<a href="url gambar"><img alt="festival kebudayaan jepang in penang" src="urlgambar" title="festival kebudayaan jepang in penang" />

<a href="url gambar"><img alt="festival kebudayaan jepang penang" src="urlgambar" title="festival kebudayaan jepang penang" />


<a href="url gambar"><img alt="anime song concert penang" src="urlgambar" title="anime song concert penang" />

<a href="url gambar"><img alt="anime song concert penang" src="urlgambar" title="anime song concert penang" />


Setelah puas mencicipi makanan, mengambil majalah tentang kebudayaan gratis, dan melihat - lihat semua stand, meskipun agak sedikit gerimis, saya memutuskan untuk ke pantai yang tepat berada di sebelah lapangan. Angin pantai dan gerimis hujan membuat saya mengambil nafas dalam-dalam untuk mengambil udara bersih dan memasukkannya ke paru-paru. Rasanya damai dan menenangkan.

<a href="url gambar"><img alt="pantai lapangan esplanade georgetown penang" src="urlgambar" title="pantai lapangan esplanade georgetown penang" />

Keesokan harinya, pagi-pagi saya mencoba napak tilas perjalanan 2 tahun lalu. Meskipun gerimis tetap saya terobos. Mengunjungi tempat minum roti cane & teh tarik murah dan enak bernama Alagappa's (2 ringgit), kemudian tak lupa berjalan di kota tua tempat banyak mural bisa ditemukan. 

<a href="url gambar"><img alt="mural georgetown penang saat gerimis" src="urlgambar" title="mural georgetown penang saat gerimis" />

Sebelum pulang ke penginapan saya sekalian berjalan ke loket kereta api untuk membeli tiket Penang - KL namun ternyata sudah habis. Setelah browsing di internet mengenai alternatif lain untuk menuju KL, maka saya memutuskan untuk menggunakan Bus. 

Setelah check out dari penginapan, saya menuju Komtar tempat katanya bisa membeli tiket Bus. Terminal Komtar merupakan tempat pertama saya merasa tidak nyaman dalam perjalanan ini. Tempatnya underground, kurang cahaya, jarang menemukan perempuan, orang yang saya tanya tidak terlalu ramah, akhirnya saya menemukan salah satu calo resmi bus. Harga yang ia tawarkan sama persis dengan yang saya baca di website resmi yaitu 38 Ringgit plus 3 ringgit untuk biaya tambahan sehingga langsung saya ambil.

Prosedurnya agak lucu. Pertama saya diminta membawa kwitansi yang sudah ia tandatangani ke arah yang ia tunjukkan, yaitu ke sebuah agen travel yang berada agak jauh dari sana. Di dalam nya ada seorang ibu yang mengambil kwitansi tersebut lalu menuliskan nomor, yang saya asumsikan nomor sebagai nomor bus, lalu ia menyuruh saya untuk menunggu di luar tanpa penjelasan lebih lanjut. Suasana disana persis seperti di tempat parkir bawah tanah, remang-remang dan agak sepi. Sedikit bertanya-tanya dalam hati "kok ga ada ya bus yang lewat sini?". Sayapun menjadi rileks setelah datang beberapa backpacker lain yang juga menunggu. Mereka adalah 3 sekawan dari Swiss dan satu orang Texas, USA. Kami pun mengobrol untuk membunuh waktu terutama karena salah satu dari mereka sangat tertarik dengan Indonesia dan sedang merencanakan perjalanan ke Bali dan sekitarnya.

Setelah makin ramai calon penumpang yang menunggu, ternyata memang bukan bus yang datang melainkan minivan yang akan mengantarkan kami ke Terminal Bus Resmi yaitu Sungai Nibong. Supir minivan menyupir ala ala pembalap sehingga kami tiba di terminal dengan cepat. Bus yang akan kami tumpangi sangat nyanan dengan tujuan Terminal Bersepadu Selatan. Perjalanan sekitar 5-6 jam. Saya belum pernah ke TBS sebelumnya. Tempatnya sangat nyaman, bersih, dan teratur. Agak mirip airport sebetulnya.

Dari TBS saya menggunakan bus menuju KLIA2 airport tempat saya akan naik pesawat pulang ke Indonesia.

Sampai di Jakarta pukul 01.30 dini hari. Saya langsung memesan bus Primajasa dari bandara Soekarno Hatta tujuan Bandung (Rp 115.000,-).

Perjalanan kali ini berakhir disini namun.. Mankind has legs so it can wander (Roman Payne, The Wanderess). Sampai jumpa lagi di perjalanan berikutnya.

Komentar

  1. Miss Ratih, OMG jadi pengen nypbain solo backpacker. Kereen! Terus update perjalan miss Ratih yaaa, ditunggu cerita selanjutnya ��

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Wah mba nya naik KTM ke Hatyai 1 hari sebelum jalurnya ditutup :) skg ada nya kereta cepat ETS dari KL sampai Padang Besar doang biaya 76RM . Next time paling naik bas Sri Maju dari pudu sentral cuma 50RM sampai hat yai hehe.. btw saya juga pengen backpacker begini thn depan setelah un sma 2018 hehee... Tp stay di KL juga 4 harian hehee...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mkasih banyak infonya Daze.. ayoo backpacking!! Gut luck ujiannya!

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

DC Comics' TV Series Crossover : Arrow, The Flash, Constantine, Legends of Tomorrow, Supergirl

(FILM/Movie review) Tron Vs Troy, Digital Vs Kolosal...